Rabu, 06 November 2013

Karya Sastra



HIKAYAT PETUALANGAN PANGERAN SUNDRING
Bella Ariwijayanti Ramadhani
SMA Negeri 1 Giri
XI IPA 6 - 07
Alkisah pada pagi yang cerah, orang – orang berlalu lalang melakukan aktivitasnya di Jalan Serong. Sedangkan, di Kerajaan Sentral seseorang tengah duduk dengan menyelonjorkan kakinya ke arah perapian sambil menundukkan kepalanya dengan tangan kanannya yang ditopangkan di dahinya. Ruangan di sekitar hening. Kemudian, keheningan terpecahkan dengan adanya pintu ruangan yang terbuka. Ternyata, Patih Sendok yang memasuki ruangan itu. Patih tersebut langsung berlutut dihadapan seseorang yang duduk di dekat perapian itu.
“Pangeran Sundring, anda telah ditunggu Yang Mulia Rengga di bawah,” kata Patih Sendok
“Baiklah, Patih. Saya akan segera turun.” jawab Pangeran Sundring
Patih Sendok langsung meninggalkan Pangeran Sundring. Dan, Pangeran Sundring yang mempunyai tampang yang gagah dan tampan, berbadan besar tegap ini langsung membangkitkan dirinya dan berjalan keluar dari ruangannya. Dia berjalan melewati koridor – koridor, kemudian menuruni tangga. Di bawah telah ditunggu oleh Yang Mulia Rengga yaitu ayah dari Pangeran Sundring. Ternyata ayahnya ingin membicarakan masalah yang dibuat oleh Pangeran Sundring. Yang sempat dipergunjingkan di kalangan masyarakat disana. Pangeran Sundring hanya menundukkan kepalanya saja di hadapan ayahnya, tidak mengatakan sepatah katapun.
“Bagaimana kamu bisa mengatasi masalah ini ?” Raja Rengga akhirnya angkat bicara dengan nada sedikit melengking
“Mereka mengirimkan lontar pagi ini. Balah isinya!” sambil menyodorkan lontar itu kepada Pangeran Sundring. Pangeran Sundring mengambil lontar itu, kemudian membaca isinya. Isi lontar tersebut:
‘Yang terhormat, Yang Mulia Rengga di Kerajaan Sentral
Dengan adanya permasalahan yang telah dibuat oleh Pangeran Sundring. Kami meminta pertanggungjawaban dari Pangeran Sundring. Kami dari Kerajaan Mahoni telah melaporkan kejadian ini ke para tetua kerajaan, tetapi para tetua akan memberi pengampunan jika Pangeran Sundring mau melakukan pertanggungjawaban. Karena kejadian ini menyangkut harga diri dan martabat kerajaan. Sehingga masalah ini harus segera diselesaikan. Jika tidak para tetua kerajaan tidak akan memberi pengampunan.’
Pangeran Sundring langsung menutup lontar tersebut dan Pangeran Sundring langsung berkomentar, “Ayah, ini bukan salahku. Jadi, aku tidak berhak bertanggung jawab.”
“Apa ? bukan salahmu ? sudah jelas ini salahmu. Kamu telah meninggalkan dan mempermalukan Putri Sima di depan rakyat!” jawab ayah Pangeran Sundring dengan nada melengking.
“Iya, itu karena ayah. Ayah lebih mementingkan diri sendiri. Dari awal, aku tidak mau menikah dengan Putri Sima karena aku belum bisa mencintai dia!aku butuh waktu untuk mencintainya, yah. Tapi, ayah tetap memaksakan kehendak ayah untuk menikahkan dengan Putri Sima secepatnya!” balas Pangeran Sundring dengn wajah geram.
Ayah Pangeran Sundring, Yang Mulia Rengga langsung menghela napas dan berkata, “Anakku, ayah tau kau belum bisa mencintai Putri Sima. Tetapi, ini semua demi kerajaan kita. Karena dengan menikahkan Putri Sima denganmu Kerajaan Sentral dan Kerajaan Mahoni akan dapat menguasai wilayah – wilayah di Jawa Tengah, kita mencapai kejayaan. Karena Kerajaan Mahoni adalah kerajaan terbesar di Jawa Tengah yang memiliki kejayaan yang sangat luar biasa dan dalam sektor manapun Kerajaan Mahoni sangatlah menguntungkan. Kerajaan tersebut juga memiliki Putri yang sangat cantik jelita. Sehingga, banyak pangeran – pangeran dari kerajaan lain melmar Putri Sima serta memanfaatkan peluang yang telah dimiliki oleh Kerajaan Mahoni.” Tutut Yang Mulia Rengga yang didengarkan saksama oleh Pangeran Sundring.
“Tetapi, anakkulah, Pangeran Sundring yang dipilih oleh Putri Sima. Meskipun lamaran berduyun – duyun datang kepadanya. Sehingga, ayah tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Jadi, ayah merencanakan pernikahanmu segera berlangsung dengan Putri Sima. Tetapi, kau telah melakukan permasalahn yang cukup melakukan. Jadi, bertanggungjawablah, nak. Ayah memohon kepadamu demi menjaga martabat dan harga diri Kerajaan Sentral dan Kerajaan Mahoni. Serta, membuktikkan  bahwa Pangeran Sundring dari Kerajaan Sentral anak dari Yang Mulia Rengga berjiwa baik, mempunyai tanggung jawab. Ayahmu ini tidak ingin anaknya dihukum dan diadili oleh para tetua kerajaan yang sudah terkenal keji.” Lanjut tuturan Yang Mulia Rengga.
Pangeran Sundring mendengarkan tuturan ayahnya, dia tetap diam tetapi wajahnya tidak menampakkan kegeraman seperti tadi. Amarahnya sedikit mereda setelah mendengar penuturan dari sang ayah. Kemudian, Pangeran Sundring akhirnya bertanya pada ayahnya dengan baik – baik, “ Ayah, kenapa Putri Sima lebih memilihku ? padahal banyak pangeran – pangeran dari kerajaan – kerajaan lain yang lebih baik dariku.”
“Ayah tidak tahu pasti, mungkin Putri Sima percaya kau adalah pedamping hidupnya yang sangat baik. Jika, ingin tahu lebih jelasnya lebih baik tanya langsung pada Putri Sima. Jadi, carilah dia Sundring sampai ketemu.” Ayahnya menjelaskan.
“Baiklah, ayah. Aku akan bertanggung jawab atas kejadian ini.”
“Oh, syukurlah! Terima kasih, anakku. Aku tahu kau akan melakukannya kau memang anak yang baik dan bertanggung jawab. Ini sangat melegakan,” Kata Yang Mulia Rengga dengan memeluk Pangeran Sundring. Pangeran Sundring hanya tersenyum pasrah. Setelah itu, Yang Mulia Rengga memanggil Patih Sendok, menyuruhnya untuk mengirimkan lontar kepada Raja di Kerajaa Mahoni menyatakan bahwa Pangeran Sundring akan bertanggung jawab atas kejadian yang dilakukannya dengan mencari Putri Sim. Patih Sendok memahaminya dan langsung bergegas mengerjakan perintah tersebut. Pangeran Sundring juga bergegas menuju kamarnya untuk persiapan pencarian Putri Sima yang dilakukan besok.
Keesokan harinya, cuaca di pagi hari sangat mendukung. Mendukung pula terhadap niatan Pangeran Sundring yang akan mencari Putri Sima yang telah kabur. Pangeran Sundring sibuk menyiapkan pakaian, bekal, serta kuda yang akan ditungganginya. Raja Rengg menghampiti Pangeran Sundring. Ayahnya memberitahu bahwa Kerajaan Mahoni sangat lega mendengar hal ini dan Kerajaan Mahoni telah menyampaikan saran bahwa agar langsung mencari Putri Sima ke arah utara. Pangeran Sundring memahaminya dengan menganggungkkan kepalanya. Pangeran Sundring langsung naik ke atas kuda bersiap untuk melaju. Ayahnya menahannya sebentar.
“Berhati – hatilah anakku. Jangan sampai kau terbunuh karena kau memegang tanggung jawab.” Tutur ayahnya.
“Iya, yah. Aku akan berusaha semampuku.”
“Dan, ini ada sebuah pedang. Simpan pedang ini baik – baik, jangan sampai hilang ataupun jatuh ke tangan orang yang salah. Pedang itu akan sangat berguna jika kau sangat sedang membutuhkan.”
Pangeran menerima pedang itu, Pangeran terpukau dengan pedang tersebut. Pedang yang sangat bagus dan elegan yang belum pernah dimiliki dia sebelumnya. Pangeran Sundring langsung menyimpan pedang tersebut di saku pedangnya dengan baik. Lalu, dia pamit kepada Raja Rengga untuk bergegas pergi. Akhirnya, langkah kaki kuda melaju menyusuri jalan keluar dari Kerajaan Sentral. Yang Mulia Rengga hanya bisa melihat punggung anaknya yang semakin lama semakin jauh dari Kerajaan Sentral dengan menampakkan muka sedih. Raja Rengga langsung masuk ke Kerajaan setelah anaknya tidak terlihat lagi.
Di perjalanan Pangeran Sundring, dia telah keluar dari wilayah kerajaannya. Dia melaju ke wilayah utara mengikuti penuturan ayahnya tadi. Pangeran Sundring tetap melanjutkan perjalanan sampai tak terasa matahari akan terbenam disinggasananya. Dan, Pangeran Sundring langsung memberhentikan perjalannya. Dia mengikat kudanya dan langsung mencari kayu bakar untuk membuat api unggun karena di hutan sangat gelap. Setelah semua sudah dilakukan, Pangeran Sundring makan malam dengan persiapan yang telah dibawanya. Lalu, dia tidur pulas.
Pangeran Sundring terbangun dari tidurnya, matahari belum muncul dari singgasananya. Akhirnya, Pangeran Sundring mencari mata air untuk membersihkan dirinya sebelum melanjutkan perjalanan. Dia menemukan air terjun, dia langsung membasuh mukanya dan membersihkan dirinya. Ketika akan kembali ke tempat peristirahatan, Pangeran Sundring merasakan ada orang yang mengikutinya. Akhirnya, dia berhenti dan melihat di sekeliling hutan, tidak ada siapa- siapa. Lalu, dia mendengar suara. Pangeran Sundring memalingkan kepalanya ke belakang tak ada siapapun, dan sesaat ketika dia memalingkan wajahnya ke depan. Dia dikejutkan dengan serangan oleh manusia bertopeng. Pangeran Sundring melawannya mencoba menghindari serangan – serangan yang ditujukan kepadanya. Serangan dari manusia bertopeng sangat kuat, dan taktiknya sangat hebat. Akhirnya, taktik serangan dari manusia bertopeng tesebut terkecoh oleh Pangeran Sundring.  Dada Pangeran Sundring terkena hantaman yang cukup keras dari manusia bertopeng. Pangeran Sundring terpental dan langsung pingsan.
Tak lama, Pangeran Sundring telah siuman. Dia mendengar suara wanita memanggil namanya. Dia mengenal suara wanita itu, dia bangun dan melihat wajah wanita yang telah memanggilnya. Ternyata, wanita itu adalah Putri Sima. Pangeran Sundring sangat kaget melihat Putri Sima bersamanya. Pangeran langsung melihat disekelilingnya, dia di tempat ruangan yang hanya berukuran sekitar 4 x 4 meter serta sangat kumuh sekali, ventilasinya pun sangatlah kecil. Putri Sima memanggil Pangeran Sundring.
“Pangeran, Pangeran apa kau baik – baik saja ?”
“Apa ? Iya, aku baik – baik saja.” Jawab Pangeran Sundring menatap pada Putri Sima.
“Aku yakin kau akan datang seperti ini.” Tutur Putri Sima
“Kenapa kau begitu yakin ?” Tanya Pangeran Sundring
“Iya, karena kau pasti diminta untuk melakukan pertanggungjawaban oleh ayahku.”
“Kau benar dan aku telah melakukannya sampai aku mengalami hal seperti ini.” Kata Pangeran Sundring sambil memegang dadanya yang sakit akibat hantaman dari manusa bertopeng tadi.
“Maafkaan aku. Tapi, aku benar – benar tidak pernah berencana untuk kabur.”
“Tidak apa – apa. Meskipun kau tidak ada niatan untuk kabur aaku tetap melakukan pertanggungjawaban. Lalu, bagaimana kau bisa sampai disini ?” Tanya Pangeran Sundring dengan heran
“Setelah acara pernikahan yang telah dibatalkan olehmu, malam harinya aku di kamar persiapan akan tidur. Hendak aku menaiki tempat tidurku, pintu kamarku terketuk aku membuka pintunya dan langsung aku disergap oleh manusia bertopeng. Aku telah berusaha teriak minta tolong tetapi itu mustahil dilakukan karena mulutku disekap dengan kain dan membuatku pingsan. Saat aku siuman, aku telah berada di tempat seperti ini.”
Pangeran Sundring memahami hal tersebut, dia menceritakan juga bagaimana dia sampai pingsan. Putri Sima berinisiatif untuk kabur dari tempat ini besok di saat masih pagi, karena Putri Sima sudah tidak tahan di tempat tersebut. Pangeran Sundring menyutujuinya dan mereka pun membuat strategi agar rencana besok tidak gagal.
Keesokan harinya, Pangeran Sundring dan Putri Sima telah bersiap untuk kabur dari tempat tersebut. Keadaannya masih pagi sekali, matahari saja belum tampak terlihat dari sisi ventilasi yang kecil itu. Pangeran Sundring mencoba membuka pintu, ternyata tidak mudah. Dia mendobrak pintu tersebut dengan sekuat tenaga. Akhirnya, pintu itu terbuka rusak. Mereka langsung keluar dan mencoba mencari jalan keluar. Mereka menyusuri lorong – lorong yang lumayan sempit. Tak lama, mereka menemukan anak – anak tangga, ternyata mereka disekap dibawah tanah. Mereka melangkahi anak – anak tangga dengan pelan – pelan. Keluar dari lorong bawah tanah tersebut. Ternyata, lebih tepatnya mereka disekap di rumah gubuk yang tua yang sudah tidak ditempati. Mereke langsung keluar dari rumah gubuk tua itu karena keadaan masih sepi dan tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Tetapi, hendak keluar dari rumah gubuk tua langkah mereka terhenti. Prajurit – parjurit bertopeng telah siap menunggu mereka dengan senjata – sejantanya. Prajurit – prajurit itu langsung menyerang Pangeran dan Putri Sima. Pangeran mendorong Putri Sima untuk menjauh. Pangeran langsung melawan prajurit – prajurit bertopeng tersebut. Prajurit – prajurit tersebut cukup banyak. Pangeran sedikit kesulitan melawan mereka, akhirnya dia teringat dengan pedang pemberian ayahnya. Dia beruntung pedang tersebut disimpan dengan baik – baik. Dia mengeluarkan pedangnya dari saku pedangnya. Benar saja, Pangeran dengan mudah melawan prajurit – prajurit tersebut. Pedang itu seperti memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Satu per satu prajurit tak berdaya. Di tengah perlawanan Pangeran Sundring dengan prajurit bertopeng. Putri Sima berteriak minta tolong, yang ternyata dibawa oleh manusia bertopeng dengan kudanya secepat mungkin yang telah menculik Putri Sima sebelumnya. Pangeran Sundring menyadari hal tersebut, dia mengarahkan tenaganya pada pedang tersebut dan seketika itu semua prajurit - prajurit bertopeng tak berdaya. Setelah perlawanan, Pangeran Sundring mengejar Putri Sima.
Di samping rumah gubuk tua Pangeran Sundring tak sengaja melihat kudanya. Pangeran Sundring menuju kudanya dan menungganginya. Pangeran Sundring langsung mempercepat laju kudanya mengejar Putri Sima. Kuda Pangeran Sundring sangat cepat, dia telah menemukan Putri Sima. Setelah semakin dekat dengan kuda manusia bertopeng tersebut, Pangeran Sundring melukai kaki kuda milik manusia bertopeng dengan pedangnya. Kuda milik manusia bertopeng langsung jatuh terkulai, Putri Sima dan manusia bertopeng itu jatuh pula. Pangeran langsung turun dari kudanya dan menolong Putri Sima.
“Siapa kamu sebenarnya ? Tunjukkan jati dirimu!” Pangeran Sundring langsung berkata hal terbut kepada manusia bertopeng. Manusia bertopeng berusaha berdiri kemudian berkata, “Aku adalah Pangeran Nurma dari Kerjaan Siliwangi.” Pangeran Nurma mengatakan hal tersebut dengan senyuman sinisnya.
“Mengapa kau merencanakan semua ini ?” Putri Sima menanyakan pula.
“Karena, aku menyukaimu Putri Sima tetapi kau tidak pernah menyukaiku. Kau hanya suka dengan dia!” Kata Pangeran Nurma sambil menunjuk Pangeran Sundring.
“Padahal kau sudah dicampakkan olehnya, telah dipermalukan olehnya di depan semua rakyat. Tapi, kau tetap saja suka padanya. Dan, aku sungguh senang mendengar Pangeran Sundring menggagalkan pernikahan denganmu Putri. Akupun berniat jahat untuk menculikmu dan menikahimu. Tetapi, dia datang dan menggagalkan rencanaku! Aku sangat kesal dan muak dengan hal seperti ini!” Lanjut Pangeran Nurma dengan menampakkan wajahnya yang tampak kesal dan marah.
“Maafkan aku, tapi aku tetap menyukai dia.” Kata Putri Sima
“Baiklah, jika begitu aku akan membunuhnya supaya kau akan bersamaku.”
Pangeran Nurma langsung menyerang Pangeran Sundring. Pangeran Sundring melawannya. Pangeran Nurma tetap dengan taktiknya. Pangeran Sundring telah mengetahui taktik – taktik tersebut, sehingga tidak dapat terkecoh lagi. Pertarungan semakin sengit. Keduanya hebat dalam bertarung. Pangeran Sundring tak tahan lagi, dia langsung mengeluarkan pedangnya. Menusukkan pedangnya pada bagian perut Pangeran Nurma. Pangeran Nurma terkulai, tidak berdaya. Dia memegang perutnya yang telah ditusuk oleh Pangeran Sundring. Pangeran Nurma menyerah dan meminta maaf apa yang telah dia perbuat. Pangeran Sundring dan Putri Sima memaafkan Pangeran Nurma. Putri Sima menyarankan agar Pangeran Nurma dibawa ke Kerajaan Sentral. Pangeran Sundring menyetujuinya dan mereka bertiga pun melakukan perjalanan menuju Kerajaan Sentral.
Sampailah mereka bertiga di Kerajaan Sentral. Mengetahui kedatangannya, ayah Pangeran Sundring menampakkan wajah gembira dan sangat senang. Pangeran Sundring menjelaskan apa yang telah menimpa dia dan Putri Sima. Mendengar penuturan anaknya ayahnya langsung memerintahkan pelayan membawa Pangeran Nurma untuk diobati. Dan, memerintahkan Patih Sendok mengirim lontar pada Kerajaan Mahoni dan Kerajaan Siliwangi untuk datang ke Kerajaan Sentral dengan adanya kejadian tersebut.
Ketiga kerajaan itu telah melakukan perundingan, Pangeran Nurma telah dimaafkan dan melakukan perdamaian antara ketiga kerajaan tersebut. Dan, dua hari setelah kejadian ini, diadakan acara pernikahan antara Pangeran Sundring dan Putri Sima dengan pesta yang meriah. Pangeran Sundring telah menerima Putri Sima dan siap menjadikannya pedamping hidupnya. Hubungan Kerajaan Sentral dan Kerajaan Mahoni sangat erat dan dapat berkembang pesat. Pangeran Sundring dan Putri Sima pun bahagia dengan dikarunia seorang anak laki – laki dan seorang anak perempuan. Dan, Pangeran Sundring diangkat menjadi Raja di Kerajaan Sentral.